Sabtu, 30 Oktober 2010

Biji Borokoli Dapat Melindungi Kulit dari Bahaya Sinar Ultraviolet

brokoli 
Sayur Brokoli ini memang banyak manfaatnya, selain baik untuk dimakan brokoli juga dapat membantu sel kulit menangkal bahaya radiasi sinar ultraviolet. Menurut para peneliti AS ekstrak dari biji kol brokoli segar dapat mengurangi warna memerah dan rusak pada kulit lebih dari sepertiga dibandingkan dengan kulit yang tidak terawat. Mereka melakukan percobaan pada tikus, ternyata ekstrak sayur brokoli terbukti dapat membantu sel kulit memerangi kerusakan karena sinar.
“Ini adalah sebuah pembuktian percobaan pertama kali bahwa jaringan kulit manusia dapat terlindung secara langsung dari apa yang dikenal sebagai zat karsinogen (penyebab kanker) pada manusia,” kata Dr. Paul Talaly dari Universitas Johns Hopkins, yang hasil studinya dimuat dalam Laporan Kerja dari The National Academy of Sciences.
“Ini bukan tabir matahari,” kata Talalay dalam wawancara telepon. Tetapi, ekstrak ini dapat membantu membentengi sel kulit untuk melawan radiasi sinar ultraviolet.
Tidak seperti halnya suatu tabir matahari yang punya sebuah pembatas fisik melawan sinar ultraviolet dengan cara menyerap, menghalangi atau menyekat cahaya; ekstrak ini membantu mendorong produksi enzim pelindung ultraviolet yang mencegah kerusakan akibat UV , kata Talalay.
Ia sedang dan masih mempelajari sulforaphane yakni suatu senyawa dalam ekstrak kol  brokoli – selama lebih dari 15 tahun. Penelitian ini telah terbukti dapat mencegah perkembangan tumor pada sejumlah hewan yang diberi suatu benda penyebab kanker. Talalay dan teman-temannya telah mencobanya pada enam orang, menguji ekstrak ini dengan dosis yang berbeda pada beberapa potongan kulit, kemu-dian dihadapkan langsung pada gelombang pendek sinar ultraviolet dengan radiasi yang mencukupi untuk membuat sengatan matahari dengan tingkat yang bervariasi.
Mereka membandingkan kulit kemerahan yang terkena sinar dengan yang tidak terkena. “Kemerahan itu adalah sebuah ukuran serentetan proses yang terjadi pada kulit yang rusak, termasuk kerusakan DNA,”kata Talalay.
Pada dosis yang tertinggi, ekstrak itu mengurangi kemerah-an dan memar sampai rata-rata 37 persen. Dampak ini bertahan lama, kata Talalay. ”Dua hari setelah percobaan kita hentikan, dampak itu masih tertinggal,” katanya.
Dampak yang terjadi pada relawan mempunyai variasi yang luas, berkisar dari 8 persen hingga 78 persen perlindungan, penyebabnya adalah perbedaan genetik.
“Apa yang telah kita buktikan adalah penting karena hal ini terjadi pada manusia,” lanjut Talalay. “Bagaimana seharusnya ini diterapkan pada manusia – itu membutuhkan kerja lebih lanjut.”
Ekstrak ini bisa jadi bermanfaat sebagai alat perlindungan melawan radiasi sinar ultraviolet, khususnya pada orang yang sistem kekebalannya hilang dimana kebanyakan dari mereka paling beresiko terkena penyakit kanker kulit, seperti pasien yang melakukan pencangkokan (transplantasi), kata Talalay. Tetapi ini tidak bisa menggantikan tabir matahari.
“Ini tidak dapat melindungi radiasi yang menembus kedalam sel kulit.”katanya.
Kanker kulit adalah kanker yang paling umum di Amerika, diderita lebih dari 1 juta orang Amerika setiap tahunnya, menurut Institut Kanker Nasional. Kanker kulit juga membunuh lebih dari 10.000 orang setiap tahun, mewakili kira-kita 4 persen dari kematian yang disebabkan oleh kanker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar